Pendahuluan
Keluarga bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sebuah tim yang membutuhkan kerja sama. Salah satu faktor penting dalam menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia adalah pembagian peran yang jelas dan adil antar anggota keluarga.
Menurut WHO dan Kementerian Kesehatan RI, keluarga yang menerapkan kolaborasi dalam tugas sehari-hari akan lebih sehat secara emosional, minim konflik, dan mampu mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
WHO โ Family Roles and Healthy Development
Kemenkes RI โ Peran Aktif Keluarga dalam Mewujudkan Rumah Tangga Sehat
1. Mengapa Pembagian Peran dalam Keluarga Itu Penting?
-
Menghindari Beban pada Salah Satu Pihak
Terutama dalam pengasuhan dan pekerjaan rumah tangga. -
Membangun Rasa Tanggung Jawab
Setiap anggota keluarga merasa memiliki kontribusi. -
Meningkatkan Keharmonisan
Kolaborasi mengurangi potensi konflik dan kesalahpahaman. -
Menjadi Contoh Positif untuk Anak
Anak belajar nilai kerja sama, empati, dan kemandirian.
2. Contoh Pembagian Peran Ideal dalam Keluarga
a. Antara Suami dan Istri
- Pengasuhan anak dilakukan bersama, bukan hanya tugas ibu.
- Ayah terlibat dalam rutinitas seperti memandikan anak, memijat dengan minyak telon Sorura, atau menemani bermain.
- Ibu dan ayah berbagi peran dalam pekerjaan domestik sesuai kesepakatan.
b. Melibatkan Anak Sesuai Usia
- Anak diajarkan tanggung jawab kecil seperti merapikan mainan, membantu menyiapkan meja makan, atau memilih baju sendiri.
- Libatkan anak dalam perawatan diri, misalnya mengoleskan hairlotion Sorura setelah mandi.
c. Peran Keluarga Besar
- Kakek-nenek sebagai pendukung emosional dan penjaga nilai budaya.
- Paman-bibi bisa membantu dalam kegiatan sosial keluarga.
3. Prinsip Pembagian Peran yang Efektif
- Komunikasi Terbuka: Diskusikan pembagian tugas secara jelas.
- Fleksibel: Siap bertukar peran saat diperlukan.
- Saling Menghargai: Tidak meremehkan tugas satu sama lain.
- Libatkan Anak Sejak Dini: Agar anak terbiasa bertanggung jawab.
4. Dampak Positif Pembagian Peran dalam Keluarga
- Orang tua lebih seimbang secara fisik dan mental.
- Anak tumbuh dalam lingkungan yang suportif.
- Meningkatkan kualitas hubungan antar anggota keluarga.
- Menciptakan budaya saling membantu dan peduli.
- Menghindari kelelahan (burnout) pada salah satu orang tua.
5. Tantangan dalam Membagi Peran
- Budaya patriarki yang masih kuat.
- Kurangnya komunikasi efektif.
- Ego atau rasa โitu bukan tugas sayaโ.
- Anak yang dimanjakan dan tidak diajarkan tanggung jawab.
Solusi:
- Edukasi tentang pentingnya kerja sama dalam keluarga.
- Jadwalkan diskusi keluarga secara rutin.
- Jadikan pembagian peran sebagai budaya, bukan beban.
6. Sorura: Mendukung Peran Aktif Semua Anggota Keluarga
Produk Sorura bisa menjadi bagian dari kolaborasi harian:
- Ayah membantu memijat bayi dengan minyak telon.
- Kakak membantu merapikan perlengkapan adik setelah penggunaan hairlotion.
- Ibu memastikan semua rutinitas berjalan dengan penuh cinta.
Dengan melibatkan seluruh anggota keluarga dalam perawatan harian, tercipta momen kebersamaan yang harmonis.
Kesimpulan
Keluarga yang bahagia bukan yang bebas dari tugas, tetapi yang mampu berbagi peran dengan adil dan penuh kesadaran. Dengan komunikasi, kerja sama, dan saling menghargai, rumah akan menjadi tempat yang nyaman, suportif, dan penuh cinta bagi setiap anggotanya.
Mulailah dari hal kecil hari ini, karena harmoni keluarga dibangun dari kebiasaan bekerja sama.